Al Siddiq International School

Juni 2025

Uncategorized

MENGENAL PAKAIAN TRADISIONAL DARI 3 NEGARA ASIA TIMUR

Pada tanggal 26 hingga 28 Mei 2025, peserta didik TK A1 Al Siddiq International School melaksanakan kegiatan yang merupakan rangkaian PJBL Culture, dengan subtema pakaian tradisional dari tiga negara Asia Timur, yaitu Jepang, Korea, dan Cina. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari hari Senin hingga Rabu, dan diadakan di dalam kelas bersama wali kelas.Pada hari pertama, anak-anak diperkenalkan dengan nama dan bagian-bagian pakaian tradisional dari ketiga negara tersebut. Mereka belajar bahwa pakaian tradisional Jepang disebut kimono, yang terdiri dari kimono, obi, tabi, dan zori. Pakaian tradisional Korea disebut hanbok, terdiri dari jeogori, chima, dan baji. Sementara itu, pakaian tradisional Cina dikenal dengan nama hanfu, yang terdiri dari ru, qun, chang, beizi, dan pao. Penjelasan diberikan secara interaktif agar anak-anak lebih mudah memahami dan mengingat.Hari kedua diisi dengan kegiatan menempel ikon-ikon khas dari masing-masing negara pada papan tematik di kelas. Anak-anak menempel gambar bunga sakura untuk mewakili Jepang, istana Gyeongbokgung untuk Korea, dan panda bambu untuk Cina. Kegiatan ini membantu anak-anak mengenali lebih dalam budaya setiap negara dengan pendekatan visual dan kreatif.Pada hari ketiga, anak-anak diberi lembaran gambar pakaian tradisional dari Jepang, Korea, dan Cina untuk diwarnai. Kegiatan mewarnai ini tidak hanya melatih keterampilan motorik halus, tetapi juga memperkuat ingatan mereka terhadap bentuk dan nama pakaian tradisional yang telah dipelajari sebelumnya.Melalui rangkaian kegiatan ini, peserta didik mendapatkan pengetahuan dasar tentang keberagaman budaya di Asia Timur. Mereka belajar menghargai perbedaan serta memperluas wawasan budaya sejak dini. Pengenalan terhadap pakaian tradisional dari berbagai negara tidak hanya menambah pengetahuan anak-anak, tetapi juga membentuk sikap toleransi dan rasa ingin tahu terhadap budaya lain.By Inka Amalia, S.Pd

Uncategorized

Salam Pagi Penuh Makna di Al Siddiq: Antara Adab, Cinta, dan Pendidikan

Setiap Senin pagi, jika tidak ada upacara bendera, SMP Al Siddiq menyelenggarakan kegiatan apel rutin yang dipimpin oleh para guru. Apel ini bukan hanya bentuk penegakan disiplin dan penyampaian informasi, tetapi juga menjadi momen awal pekan yang menyatukan ritme dan semangat seluruh warga sekolah. Namun, di balik kegiatan apel itu sendiri, ada satu tradisi kecil yang layak disorot lebih dalam—yakni kegiatan salam-salaman antara guru dan murid setelah apel selesai.Sekilas, kegiatan berjabat tangan ini tampak sederhana. Para murid dengan tertib berbaris dan menghampiri guru-guru mereka, lalu satu per satu mengulurkan tangan seraya mengucapkan salam. Namun, di balik gerakan fisik yang terlihat biasa ini, tersimpan pesan adab yang sangat luhur. Salam yang disertai jabatan tangan bukan hanya formalitas, melainkan bentuk nyata penghormatan murid kepada guru—sosok yang menjadi jalan ilmu dan akhlak bagi mereka.Kegiatan ini juga menjadi wadah penguatan ikatan emosional antara guru dan murid. Dalam suasana hangat dan khidmat, murid merasa diperhatikan, dihargai, dan didekati dengan cinta, bukan sekadar diawasi atau diarahkan. Di sisi lain, guru pun diberikan kesempatan untuk menanamkan kasih sayang lewat sapaan, senyuman, atau bahkan sekadar genggaman tangan yang tulus. Nilai-nilai pendidikan hati seperti ini tidak selalu bisa diajarkan lewat buku atau kurikulum, tetapi hadir lewat pengalaman-pengalaman kecil yang berulang dan konsisten.Salam pagi ini juga menjadi momen kontemplatif yang halus namun mendalam. Seolah mengajarkan bahwa sebelum ilmu disampaikan, hubungan yang baik antara guru dan murid perlu ditumbuhkan terlebih dahulu. Ketulusan dalam berjabat tangan itu menjadi pondasi bagi lahirnya suasana belajar yang menyenangkan, penuh penghargaan, dan saling percaya. Adab mendahului ilmu, dan itulah yang sedang dipraktikkan di setiap Senin pagi di Al Siddiq.Maka, meski tidak ditulis di papan pengumuman atau tercantum dalam agenda resmi sekolah, kegiatan salam-salaman ini sejatinya menyimpan nilai pendidikan karakter yang sangat esensial. Di tengah era digital yang serba cepat dan jarak sosial yang kerap meluas, tradisi seperti ini adalah pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal kecerdasan, tetapi juga tentang kasih sayang, penghormatan, dan hubungan manusia yang bermakna.By Abdullah Khalid, Lc

Uncategorized

Mengenal Berbagai Profesi di Kelas Profesi SD Al Siddiq International

Dalam rangka mempersiapkan Al Siddiq Festival yang akan digelar pada akhir Juni mendatang, SD Al Siddiq International melaksanakan gladi kotor pada hari Jumat, 23 Mei 2025. Kegiatan ini berlangsung sejak pagi hingga siang hari dan melibatkan seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 5.Gladi kotor ini merupakan tahap awal dari proses latihan menyeluruh untuk memastikan kelancaran acara puncak. Dalam pelaksanaannya, siswa menampilkan berbagai penampilan yang telah mereka latih selama beberapa minggu terakhir, seperti tari kreasi, tari daerah, storytelling, drama musikal, pertunjukan seni bela diri, dan lainnya.Koordinator acara, Ms. Sayidah Nabilah, S.Pd., menyampaikan bahwa gladi kotor bertujuan untuk melihat kesiapan para peserta sekaligus mengidentifikasi bagian-bagian yang masih perlu diperbaiki. “Dengan gladi kotor ini, kami bisa mengetahui bagian mana yang belum maksimal, sehingga saat gladi bersih dan hari H nanti, semuanya bisa berjalan lancar,” ujarnya.Kepala sekolah SD Al Siddiq International, Ms. Reni Okatavia, S.Si., turut hadir menyaksikan jalannya latihan. Beliau memberikan apresiasi kepada para guru dan siswa atas kerja keras dan semangat mereka dalam mempersiapkan festival. “Ini adalah momen penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kerja sama, dan kebanggaan terhadap sekolah,” katanya.Meskipun masih terdapat beberapa kendala teknis seperti belum hafalnya teks atau koreo, suasana latihan tetap berjalan penuh semangat. Para guru pembimbing terlihat aktif memberikan arahan dan motivasi kepada siswa.Al Siddiq Festival rencananya akan digelar pada 21 Juni 2025 dan terbuka untuk orang tua serta masyarakat sekitar. Kegiatan ini menjadi ajang apresiasi terhadap bakat dan kreativitas siswa yang telah belajar sepanjang tahun ajaran.By: Yundara Ulfa Priatna, M,Pd.

Uncategorized

MEMBUAT MINIATUR MAKANAN TRADISIONAL

Pada hari Selasa hingga Kamis, tanggal 20–22 Mei 2025, anak-anak TK Al Siddiq International School melaksanakan kegiatan kreatif di dalam kelas dengan tema membuat miniatur makanan tradisional dari berbagai negara. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran budaya dan menjadi salah satu persiapan menuju exhibition culture, di mana anak-anak akan mempresentasikan hasil karya mereka kepada guru, orang tua, dan teman-teman sekolah lainnya.Anak-anak dibagi ke dalam kelompok sesuai kelas dan negara yang menjadi fokus pembelajaran mereka. Setelah mempelajari berbagai jenis makanan dari negara-negara tersebut, mereka membuat versi miniaturnya dengan menggunakan bahan seperti kain flanel dan clay. Proses ini tidak hanya melibatkan kreativitas, tetapi juga melatih ketelitian dan kerja sama tim. Untuk TK A1, yang mempelajari budaya dari negara-negara Asia seperti Korea, Jepang, dan Tiongkok, miniatur yang dibuat antara lain: kimchi, bibimbap, tteokbokki, sushi, tempura, ramen, dimsum, chow mein, dan wonton.Sementara itu, TK A2 yang mempelajari budaya negara-negara Timur Tengah, membuat miniatur makanan khas seperti Maamul, Falafel, Fattoush Salad, Shish Tawook dan shawarma. Anak-anak di kelas TK B, yang mempelajari budaya dari negara-negara di benua Eropa, membuat miniatur makanan seperti pizza, pasta, burger, donuts. Setiap kelas memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan budaya negara melalui bentuk dan warna miniatur makanan yang mereka hasilkan.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi pameran budaya, sekaligus memperdalam pemahaman mereka tentang keragaman makanan tradisional di seluruh dunia. Dengan membuat miniatur, anak-anak belajar mengamati bentuk, warna, dan ciri khas makanan secara detail. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong pengembangan motorik halus, kreativitas, dan kemampuan mereka bekerja secara kolaboratif.Melalui proses membuat miniatur makanan, anak-anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang makanan dari berbagai budaya, tetapi juga membangun rasa toleransi, rasa ingin tahu, dan rasa bangga terhadap hasil karya sendiri. Proyek seperti ini mengajarkan bahwa pembelajaran budaya bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan bermakna, sekaligus mengembangkan berbagai aspek keterampilan anak sejak usia dini.By Inka Amalia, S.Pd