Al Siddiq International School

MEMBUAT MINIATUR MAKANAN TRADISIONAL

Pada hari Selasa hingga Kamis, tanggal 20–22 Mei 2025, anak-anak TK Al Siddiq International School melaksanakan kegiatan kreatif di dalam kelas dengan tema membuat miniatur makanan tradisional dari berbagai negara. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran budaya dan menjadi salah satu persiapan menuju exhibition culture, di mana anak-anak akan mempresentasikan hasil karya mereka kepada guru, orang tua, dan teman-teman sekolah lainnya.
Anak-anak dibagi ke dalam kelompok sesuai kelas dan negara yang menjadi fokus pembelajaran mereka. Setelah mempelajari berbagai jenis makanan dari negara-negara tersebut, mereka membuat versi miniaturnya dengan menggunakan bahan seperti kain flanel dan clay. Proses ini tidak hanya melibatkan kreativitas, tetapi juga melatih ketelitian dan kerja sama tim. Untuk TK A1, yang mempelajari budaya dari negara-negara Asia seperti Korea, Jepang, dan Tiongkok, miniatur yang dibuat antara lain: kimchi, bibimbap, tteokbokki, sushi, tempura, ramen, dimsum, chow mein, dan wonton.
Sementara itu, TK A2 yang mempelajari budaya negara-negara Timur Tengah, membuat miniatur makanan khas seperti Maamul, Falafel, Fattoush Salad, Shish Tawook dan shawarma. Anak-anak di kelas TK B, yang mempelajari budaya dari negara-negara di benua Eropa, membuat miniatur makanan seperti pizza, pasta, burger, donuts. Setiap kelas memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan budaya negara melalui bentuk dan warna miniatur makanan yang mereka hasilkan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi pameran budaya, sekaligus memperdalam pemahaman mereka tentang keragaman makanan tradisional di seluruh dunia. Dengan membuat miniatur, anak-anak belajar mengamati bentuk, warna, dan ciri khas makanan secara detail. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong pengembangan motorik halus, kreativitas, dan kemampuan mereka bekerja secara kolaboratif.
Melalui proses membuat miniatur makanan, anak-anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang makanan dari berbagai budaya, tetapi juga membangun rasa toleransi, rasa ingin tahu, dan rasa bangga terhadap hasil karya sendiri. Proyek seperti ini mengajarkan bahwa pembelajaran budaya bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan bermakna, sekaligus mengembangkan berbagai aspek keterampilan anak sejak usia dini.
By Inka Amalia, S.Pd

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *