
Kurikulum Prototipe merupakan metode pembelajaran yang di gagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2013.
Sangat disayangkan kurikulum prototipe belum menjadi kurikulum nasional, dan penerapannya baru dibeberapa sekolah saja. Sehingga, masih banyak orang tua yang belum mengetahui tentang kurikulum tersebut.
Padahal kurikulum prototipe memiliki keunggulan yang bagus untuk anak-anak. Maka dari itu orang tua perlu mengenali kurikulum prototipe. Seperti apa kurikulum tersebut, mari kita simak bersama.
Apa itu Kurikulum Prototipe?
Dilansir dari laman Direktorat Sekolah Dasar , Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kini memberikan pihak sekolah tiga opsi kurikulum yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran mulai tahun 2022-2024 mendatang. Salah satunya adalah kurikulum peluru.
Prototipe kurikulum adalah kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan mendukung pemulihan proses pembelajaran dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis proyek ( Project Based Learning ). Tujuan pembelajarannya adalah untuk mendukung pengembangan karakter anak sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Dalam kurikulum ini, masing-masing sekolah memberikan keleluasaan untuk memberikan para siswanya proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.
Supriyatno, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, mengatakan bahwa hingga saat ini prototipe kurikulum sudah diterapkan di 2.500 sekolah. Semua sekolah tersebut sudah tergabung dalam program Sekolah Penggerak tahun 2021. Namun mulai tahun 2022 ini, sekolah-sekolah yang tidak termasuk dalam sekolah penggerak akan diberikan pilihan untuk bisa menerapkan kurikulum ini dalam proses belajarnya.
“Tidak ada seleksi sekolah mana yang akan menggunakan kurikulum ini, tetapi yang kami lakukan hanya pendaftaraan dan pendataan. Sekolah-sekolah dapat menggunakan kurikulum kurikulum secara sukarela tanpa seleksi,” jelas Supriyatno saat hadir dalam Sosialisasi Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Bengkulu, Senin (17/1), dikutip dari Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Nanti di tahun 2024, Kemendikbudristek baru akan menetapkan kebijakan mengenai kurikulum mana yang akan dijadikan kurikulum nasional untuk pemulihan pembelajaran. Pilihannya antara tiga opsi yang sudah disediakan sebelumnya.
Adapun kelebihan yang dimiliki oleh kurikulum prototipe.
Keleluasan yang diberikan kepada sekolah dalam kurikulum ini akan sangat menguntungkan, baik untuk siswa maupun guru. Karena menerapkan sistem pembelajaran berbasis proyek, guru tidak lagi diburu oleh materi pembelajaran yang padat. Dengan begitu waktu belajar anak juga tidak terlalu padat. Guru-guru juga bisa lebih fokus pada pemberian materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa.
Selain itu, pada kurikulum ini metode pembelajarannya juga lebih bervariasi dan didukung situasi belajar yang lebih menyenangkan bagi guru dan siswa. Para guru pun memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi potensi siswa siswinya lewat beragam inovasi pembelajaran.
Supriyatno menambahkan bahwa proyek berbasis pembelajaran dianggap sangat penting untuk pengembangan karakter siswa karena mereka mendapat kesempatan untuk belajar melalui pengalaman atau experiential learning . Para orang tua juga harus tahu bahwa kurikulum prototipe ini mengacu pada nilai-nilai Pelajar Pancasila.
Jadi, saat siswa belajar kepedulian terhadap lingkungan dengan cara menanam tumbuhan, saat itu juga mereka belajar tentang pentingnya kerjasama. Dalam satu proyek, akan sangat memungkinkan anak mempelajari beberapa materi, dan mungkin saja lintas pelajaran. Selain bekerja sama, anak-anak juga akan belajar langsung bagaimana bertoleransi, saling menjaga, dan nilai-nilai Pancasila lainnya.
Kurikulum ini berorientasi memberikan ruang kepada anak-anak untuk berkreasi dan mengembangkan potensi belajar sehingga mereka merasa menemukan makna dari proses tersebut dan dapat memecahkan masalahnya sendiri secara mandiri maupun berkelompok. Hal itu akan dikembangkan secara utus sisi akademik dan nonakademiknya.